Minggu, 03 Januari 2021

Misteri Kesaktian Prabu Siliwangi yang Melegenda | Pegawai Astral

Ilustrasi Prabu Siliwangi

Membahas tokoh-tokoh kerajaan di masa lampau, rasanya kita akan terbawa ke masa di mana banyak raja-raja sakti mandraguna yang berkuasa. Tak terkecuali Sri Baduga Maharaja, kesaktiannya sudah sangat melegenda di telinga masyarakat. Terlepas dari benar atau tidaknya kisah tersebut, tapi nyatanya tidak sedikit masyarakat yang percaya.

Sri Baduga Maharaja lebih dikenal dengan julukan Prabu Siliwangi saat ia menjadi raja dari Pakuan Padjajaran. Julukan tersebut berasal dari tokoh Prabu Wangi atau Prabu Linggabuana, Raja Sunda yang gugur dalam Perang Bubat. Siliwangi sendiri berasal dari kata silih yang artinya pengganti dan wawangi yang berarti pengganti Prabu Wangi

Prabu Siliwangi adalah seorang raja yang arif, bijaksana, serta konon sakti mandraguna. Ia terkenal gemar bermeditasi untuk meningkatkan kesaktiannya. Bahkan ia hampir tak pernah melewatkan kegemarannya itu walau sedang dalam pengembaraan.

Dalam sebuah kisah, diceritakan Sri Baduga hendak melepas penat saat mengembara di Curug Sawer, Majalengka. Tiba-tiba datang sekawanan macan putih ghaib yang hendak menyerang sang prabu. Berkat kesaktianyang dimiliki Prabu Siliwangi, tak ada satupun dari hewan tak kasat mata tersebut dapat melukainya.

Setelah melalui pertarungan yang cukup sengit, raja macan putih bisa dikalahkan oleh Sri Baduga. Semenjak kejadian itu, raja macan putih beserta seluruh pasukannya mulai mengabdi sang prabu. Sejumlah sumber menyebut bahwa kerajaan Pakuan Padjajaran mencapai masa keemasannya, selain karena kharisma Prabu Siliwangi juga berkat kesetiaan macan putih ghaib.

Sejak saat itu, pasukan ghaib kebanggan Padjajaran itu kerap dilibatkan dalam pertahanan kerajaan maupun saat mengkespansi wilayah sekitar. Sang prabu pun menyuruh Eyang Jaya untuk menciptakan tiga kujang keramat berbentuk harimau dengan warna yang berbeda-beda. Ada yang terbuat dari batu meteor ( hitam), ada yang terbuat dari api yang dibekukan (kuning), dan ada pula yang terbuat dari besi rendaman air suci (putih). Ketiga kujang tersebut dijuluki Tiga Serangkai.

Berdasarkan legenda, Prabu Siliwangi juga mewarisi kesaktian yang ia miliki pada anaknya, yaitu Raden Kian Santang. Namun karena kesakitan dari ayahnya tersebut, Kian Santang sering merenung karena tak ada satupun yang dapat menandingi kesaktiannya. Alkisah, seorang kakek yang ditemui Kian Santang memberi tahu bahwa di Mekkah ada seseorang bernama Sayyidina Ali yang dapat menandingi kesaktiannya.

Kian Santang pun akhirnya pergi ke Mekkah dan menemui seseorang yang disebut-sebut sebagai Sayyidina Ali. Setelah menyaksikan kesaktian dari Sayyidina Ali, Kian Santang pun merasa takjub dan memutuskan untuk mengucapkan dua kalmiat syahadat.
Sepulangnya dari Mekkah, Kian Santang pun menceritakan pengalamannya dan mengajak ayahnya untuk masuk Islam. Prabu Siliwangi pun jelas menolak ajakan tersebut. Setelah itu, anaknya pun kembali ke Mekkah selama 7 tahun untuk mendalami Islam.

Tujuh tahun berlalu, Kian Santang mendapatkan amanat untuk menyebarkan Islam dan kembali mengajak ayahnya untuk mengucap kalimat syahadat. Prabu Siliwangi pun memutuskan untuk melarikan diri dan mengubah istana Padjajaran menjadi hutan belantara. Kian Santang pun mengejar sang prabu bersama pengikutnya sampai ke hutan Sancang dan terjadilah pertempuran antara keduanya. Untuk menghindari perkelahian dengan anaknya, Prabu Siliwangi bersama pengikutnya memutuskan untuk moksa.

Kisah di atas menyisakan kontroversi di kalangan sejarawan. Sejumlah ahli menganggap kisah pertempuran tersebut tidak lebih dari sekedar mitos. Ini diyakini karena minimnya artefak dari Kerajaan Sunda sehingga timbul berbagai spekulasi.

Dilansir dari historia.id, arkeolog Universitas Indonesia, Agung Aris Munandar menyebut minimnya data dari Kerajaan Sunda kuno. Namun dirinya belum dapat mengatakan alasan minimnya data tersebut.

Legenda Prabu Siliwangi memang sudah tersohor seantero tanah air, namun untuk membuktikan kebenaran dari legenda tersebut perlu penelitan lebih lanjut dan mendalam. Saat ini, yang dapat diteladani dari Prabu Siliwangi adalah tekadnya agar tidak terjadi pertumpahan darah dengan keturunan sendiri.

Sumber : https://tapak.id/

Ramalan Jayabaya NOTONOGORO Siapakah Pemimpin Indonesia Setelah JOKOWI??? | Pegawai Astral

  

Presiden Indonesia

Indonesia dihebohkan dengan ramalan tentang satria piningit yang akan memimpin Indonesia. dalam ramalan itu Indonesia akan memperoleh kemakmuran atau puncak kejayaan setelah dipimpin dengan inisial nama notonogoro. Orang-orang yang akan memimpin dengan inisial tersebut digambarkan  sebagai satria piningit. Sosok yang meramalkan keadaan Indonesia adalah Jayabaya dengan banyak ramalan yang terbukti. Joyoboyo adalah seorang raja dari Kerajaan Kediri (1135-1157) yang bergelar lengkap Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Waemeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Selain raja, Joyoboyo juga dikenal sebagai seorang pujangga yang karya-karyanya bernuansa filosofis dan mistis.

Ramalan-ramalan Jayabaya yang telah terbukti antara lain:

1.           “Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong”. Noyo Genggong dan Sabdo Palon adalah nama “abdi dalem” atau pembantu di Kerajaan Majapahit. “Murca” berarti musnah, yang artinya Joyoboyo telah memprediksi runtuhnya Majapahit seiring hilangnya Noyo Genggong dan Sabdo Palon.

2.           “Semut Ireng Anak-anak Sapi” atau semut hitam beranak sapi, yang ditafsirkan bangsa Belanda (orang kulit putih) datang menjajah bangsa Indonesia (orang kulit hitam). karena Belanda yang berkulit putih menjajah Indonesia selama 350 tahun.

3.           “Kebo Nyabrang Kali” atau kerbau menyeberang sungai, yang ditafsirkan Belanda sudah puas mengeruk kekayaan kita lalu pergi meninggalkan Indonesia. Walaupun mereka pergi karena kalah perang yang membuat mereka harus pergi dari Indonesia.

4.           “Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol Kepalang” atau dijajah seumur jagung oleh orang cebol, yang diartikan Indonesia dijajah oleh Jepang yang hanya berlangsung 3,5 tahun.

5.           “Pitik Tarung Sak Kandang” atau  ayam bertarung dalam satu kendang, yang ditafsirkan perang saudara pasca-peristiwa Gerakan 30 September 1965/Partai Komunis Indonesia atau G 30 S/PKI 1965.

6.           “Kodok Ijo Ongkang-ongkang” atau katak hijau duduk ongkang-ongkang kaki di panggung kekuasaan. Warna hijau identik dengan seragam militer, sehingga kemudian diterjemahkan militer berkuasa di era Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto.

7.           “Tikus Pithi Anoto Baris” atau tikus-tikus berbaris, yang kemudian ditafsirkan barisan rakyat dan mahasiswa melengserkan Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 melalui gerakan reformasi. (suaramerdeka.news)

Ramalan Jayabaya tentang orang yang akan membawa Indonesia pada kemakmuran memang sudah ada sejak lama. Hal ini karena Jayabaya memerintah kerajaan Kediri sekitar tahun 1135-1157 masehi. Notonegoro sendiri bukanlah nama seseorang melainkan gabungan dari beberapa pemimpin yang sukses memimpin Indonesia. Sampai  saat ini Indonesia telah dipimpin oleh tujuh orang setelah kemerdekaan. Orang-orang yang telah memimpin Indonesia dengan ciri-ciri notonogoro adalah sebagai berikut:

1.           “No” dikaitkan dengan Soekarno, Proklamator dan Presiden Pertama RI yang memimpin sejak 1945 hingga 1967. Beliau yang lahir pada 6 Juni 1901 ini disebu-sebut sebagai Satrio Kinunjoro Murbowiseso.

2.           “To” sebagai Soeharto, Presiden Kedua RI yang memimpin sejak 1967 hingga 1998. beliau adalah Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar.

3.           No adalah Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Indonesia ke-6. Siklus ini kembali lagi ka awal kata Notonegoro. SBY adalah Satrio Pinilih Hamboyong Pambukaning Gapuro Nggelar Kloso Tonpo Nganglenggahi.

 

Dari asumsi tersebut ramalan Joyoboyo tidak memasukkan nama Presiden Ketiga RI, BJ Habibie (1998-1999), Presiden Keempat RI, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (1999-2001), dan Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri (2001-2004). Dari lamanya pemimpin Indonesia yang termasuk dalam notonogoro, mungkin lama jabatannya haruslah lebih dari 5 tahun atau satu periode. Maka dari itu ketiga presiden tersebut dianggap sebagai bunga-bunga transisi. Karena pada pengejaan kata notonogoro yang memiliki dua penggalan kata yaitu noto dan negoro yg berarti menata negara. Maka dari itu setelah presiden soekarno dan soeharto yang telah melengkapi kata NOTO kemudian memiliki presiden yang tidak lengkap menjabat selama lima tahun. Mereka itulah yang dianggap sebagai jarak pemenggalan kata dari noto dan nogoro.

Lalu bagaimana dengan joko widodo yang tidak memiliki nama yang berkaitan dengan notonogoro. Setelah ditelusuri ternyata joko widodo memiliki nama mulyono ketika ia masih kecil. Berarti joko widodo dapat dihitung masuk ke dalam kata “no” seperti nama Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah inisial no tentu kata selanjutnya adalah go/ga yang diramalkan akan memimpin Indonesia. Adapun nama dengan kata go/ga yaitu Ganjar Pranowo dan juga Sandiaga Uno. Karena Dari hasil survei Indikator Politik, 16-18 Mei 2020, Ganjar Pranowo (11,8%) berada di urutan kedua elektabilitas tertinggi setelah Prabowo Subianto (14,1%). Menyusul Anies Baswedan (10,4%), Ridwan Kamil (7,7%), dan Sandiaga Uno (6,0%). Selain nama-nama tersebut adapula mantan panglima Angkatan darat yang juga memiliki peluang maju dalam pilpres 2024. Dia adalah jendral Gatot Nurmantyo yang dapat masuk dalam ramalan Jayabaya karena memiliki kata Ga dalam Namanya.

Peluang mereka yang memiliki potongan kata Ga atau Go cukup besar mengingat bagaimana sepak terjang mereka. Dimana Sandiaga Uno adalah calon wakil presiden tahun 2019-2024 yang berpasangan dengan Prabowo. Walaupun kala itu dia kalah suara melawan Joko Widodo dan ma’ruf amin, namun saat ini dia diangkat menjadi mentri pariwisata dan ekonomi kreatif. Hal ini merupakan Langkah besar untuk membuktikan bagaimana kinerjanya dalam pemerintahan. Selain itu, dia juga pengusaha yang sukses dengan usianya yang tergolong masih muda.

Selanjutnya Ganjar Pranowo yang merupakan gubernur yang menjabat selama dua periode dan memiliki peluang maju ke pilpres 2024 karena masa jabatannya yang selesai tahun 2023. Memiliki kemampuan kepemimpinan yang tegas namun memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat, Ganjar berhasil memberikan banyak perubahan positif ke Jawa Tengah membuat Ganjar Pranowo mengantongi banyak prestasi mengagumkan sebagai seorang Gubernur tentu saja membuatnya cocok untuk dijadikan sebagai sosok inspiratif, terutama untuk kamu yang ingin terjun ke dunia politik atau pemerintahan.

Dan terakhir yang masuk radar ramalan Jayabaya adalah Gatot Nurmantyo yang merupakan seorang jendral yang dikenal tegas dalam kepemimpinannya. Dalam dunia militer dia telah banyak mendapat penghargaan dalam kepemimpinannya. Walaupun prestasi kepemimpinan dalam militer, bukan berarti tidak dapat memimpin pemerintahan. Karena kita telah berkali-kali memiliki pemimpin dari militer yang membuat Indonesia dapat dikenal dunia. Gatot Nurmantyo mulai dikenal banyak orang karena ketegasannya menyikapi isu tentang PKI yang merupakan partai terlarang. Hal ini tentu mendapat banyak dukungan dari masyarakat karena banyak masyarakat yang tidak mau PKI bangkit lagi di Indonesia.

Akankah ramalan jayabaya akan kembali terbukti dengan munculnya nama-nama yang berpeluang memimpin Indonesia dengan ciri-ciri ramalan tersebut?. Kita hanya bisa berharap agar Negara yang kita cintai menjadi Negara yang maju. Walaupun tanpa ramalan, semua akan tetap berjalan pada takdir yang ditentukan. Dan janganlah kita mempercayai ramalan karena hal tersebut termasuk ke dalam perbuatan menyekutukan Allah.

Penulis : Riskyrito 

Penyunting : Argha Sena