Minggu, 03 Januari 2021

Misteri Kesaktian Prabu Siliwangi yang Melegenda | Pegawai Astral

Ilustrasi Prabu Siliwangi

Membahas tokoh-tokoh kerajaan di masa lampau, rasanya kita akan terbawa ke masa di mana banyak raja-raja sakti mandraguna yang berkuasa. Tak terkecuali Sri Baduga Maharaja, kesaktiannya sudah sangat melegenda di telinga masyarakat. Terlepas dari benar atau tidaknya kisah tersebut, tapi nyatanya tidak sedikit masyarakat yang percaya.

Sri Baduga Maharaja lebih dikenal dengan julukan Prabu Siliwangi saat ia menjadi raja dari Pakuan Padjajaran. Julukan tersebut berasal dari tokoh Prabu Wangi atau Prabu Linggabuana, Raja Sunda yang gugur dalam Perang Bubat. Siliwangi sendiri berasal dari kata silih yang artinya pengganti dan wawangi yang berarti pengganti Prabu Wangi

Prabu Siliwangi adalah seorang raja yang arif, bijaksana, serta konon sakti mandraguna. Ia terkenal gemar bermeditasi untuk meningkatkan kesaktiannya. Bahkan ia hampir tak pernah melewatkan kegemarannya itu walau sedang dalam pengembaraan.

Dalam sebuah kisah, diceritakan Sri Baduga hendak melepas penat saat mengembara di Curug Sawer, Majalengka. Tiba-tiba datang sekawanan macan putih ghaib yang hendak menyerang sang prabu. Berkat kesaktianyang dimiliki Prabu Siliwangi, tak ada satupun dari hewan tak kasat mata tersebut dapat melukainya.

Setelah melalui pertarungan yang cukup sengit, raja macan putih bisa dikalahkan oleh Sri Baduga. Semenjak kejadian itu, raja macan putih beserta seluruh pasukannya mulai mengabdi sang prabu. Sejumlah sumber menyebut bahwa kerajaan Pakuan Padjajaran mencapai masa keemasannya, selain karena kharisma Prabu Siliwangi juga berkat kesetiaan macan putih ghaib.

Sejak saat itu, pasukan ghaib kebanggan Padjajaran itu kerap dilibatkan dalam pertahanan kerajaan maupun saat mengkespansi wilayah sekitar. Sang prabu pun menyuruh Eyang Jaya untuk menciptakan tiga kujang keramat berbentuk harimau dengan warna yang berbeda-beda. Ada yang terbuat dari batu meteor ( hitam), ada yang terbuat dari api yang dibekukan (kuning), dan ada pula yang terbuat dari besi rendaman air suci (putih). Ketiga kujang tersebut dijuluki Tiga Serangkai.

Berdasarkan legenda, Prabu Siliwangi juga mewarisi kesaktian yang ia miliki pada anaknya, yaitu Raden Kian Santang. Namun karena kesakitan dari ayahnya tersebut, Kian Santang sering merenung karena tak ada satupun yang dapat menandingi kesaktiannya. Alkisah, seorang kakek yang ditemui Kian Santang memberi tahu bahwa di Mekkah ada seseorang bernama Sayyidina Ali yang dapat menandingi kesaktiannya.

Kian Santang pun akhirnya pergi ke Mekkah dan menemui seseorang yang disebut-sebut sebagai Sayyidina Ali. Setelah menyaksikan kesaktian dari Sayyidina Ali, Kian Santang pun merasa takjub dan memutuskan untuk mengucapkan dua kalmiat syahadat.
Sepulangnya dari Mekkah, Kian Santang pun menceritakan pengalamannya dan mengajak ayahnya untuk masuk Islam. Prabu Siliwangi pun jelas menolak ajakan tersebut. Setelah itu, anaknya pun kembali ke Mekkah selama 7 tahun untuk mendalami Islam.

Tujuh tahun berlalu, Kian Santang mendapatkan amanat untuk menyebarkan Islam dan kembali mengajak ayahnya untuk mengucap kalimat syahadat. Prabu Siliwangi pun memutuskan untuk melarikan diri dan mengubah istana Padjajaran menjadi hutan belantara. Kian Santang pun mengejar sang prabu bersama pengikutnya sampai ke hutan Sancang dan terjadilah pertempuran antara keduanya. Untuk menghindari perkelahian dengan anaknya, Prabu Siliwangi bersama pengikutnya memutuskan untuk moksa.

Kisah di atas menyisakan kontroversi di kalangan sejarawan. Sejumlah ahli menganggap kisah pertempuran tersebut tidak lebih dari sekedar mitos. Ini diyakini karena minimnya artefak dari Kerajaan Sunda sehingga timbul berbagai spekulasi.

Dilansir dari historia.id, arkeolog Universitas Indonesia, Agung Aris Munandar menyebut minimnya data dari Kerajaan Sunda kuno. Namun dirinya belum dapat mengatakan alasan minimnya data tersebut.

Legenda Prabu Siliwangi memang sudah tersohor seantero tanah air, namun untuk membuktikan kebenaran dari legenda tersebut perlu penelitan lebih lanjut dan mendalam. Saat ini, yang dapat diteladani dari Prabu Siliwangi adalah tekadnya agar tidak terjadi pertumpahan darah dengan keturunan sendiri.

Sumber : https://tapak.id/

Ramalan Jayabaya NOTONOGORO Siapakah Pemimpin Indonesia Setelah JOKOWI??? | Pegawai Astral

  

Presiden Indonesia

Indonesia dihebohkan dengan ramalan tentang satria piningit yang akan memimpin Indonesia. dalam ramalan itu Indonesia akan memperoleh kemakmuran atau puncak kejayaan setelah dipimpin dengan inisial nama notonogoro. Orang-orang yang akan memimpin dengan inisial tersebut digambarkan  sebagai satria piningit. Sosok yang meramalkan keadaan Indonesia adalah Jayabaya dengan banyak ramalan yang terbukti. Joyoboyo adalah seorang raja dari Kerajaan Kediri (1135-1157) yang bergelar lengkap Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Waemeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Selain raja, Joyoboyo juga dikenal sebagai seorang pujangga yang karya-karyanya bernuansa filosofis dan mistis.

Ramalan-ramalan Jayabaya yang telah terbukti antara lain:

1.           “Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong”. Noyo Genggong dan Sabdo Palon adalah nama “abdi dalem” atau pembantu di Kerajaan Majapahit. “Murca” berarti musnah, yang artinya Joyoboyo telah memprediksi runtuhnya Majapahit seiring hilangnya Noyo Genggong dan Sabdo Palon.

2.           “Semut Ireng Anak-anak Sapi” atau semut hitam beranak sapi, yang ditafsirkan bangsa Belanda (orang kulit putih) datang menjajah bangsa Indonesia (orang kulit hitam). karena Belanda yang berkulit putih menjajah Indonesia selama 350 tahun.

3.           “Kebo Nyabrang Kali” atau kerbau menyeberang sungai, yang ditafsirkan Belanda sudah puas mengeruk kekayaan kita lalu pergi meninggalkan Indonesia. Walaupun mereka pergi karena kalah perang yang membuat mereka harus pergi dari Indonesia.

4.           “Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol Kepalang” atau dijajah seumur jagung oleh orang cebol, yang diartikan Indonesia dijajah oleh Jepang yang hanya berlangsung 3,5 tahun.

5.           “Pitik Tarung Sak Kandang” atau  ayam bertarung dalam satu kendang, yang ditafsirkan perang saudara pasca-peristiwa Gerakan 30 September 1965/Partai Komunis Indonesia atau G 30 S/PKI 1965.

6.           “Kodok Ijo Ongkang-ongkang” atau katak hijau duduk ongkang-ongkang kaki di panggung kekuasaan. Warna hijau identik dengan seragam militer, sehingga kemudian diterjemahkan militer berkuasa di era Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto.

7.           “Tikus Pithi Anoto Baris” atau tikus-tikus berbaris, yang kemudian ditafsirkan barisan rakyat dan mahasiswa melengserkan Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 melalui gerakan reformasi. (suaramerdeka.news)

Ramalan Jayabaya tentang orang yang akan membawa Indonesia pada kemakmuran memang sudah ada sejak lama. Hal ini karena Jayabaya memerintah kerajaan Kediri sekitar tahun 1135-1157 masehi. Notonegoro sendiri bukanlah nama seseorang melainkan gabungan dari beberapa pemimpin yang sukses memimpin Indonesia. Sampai  saat ini Indonesia telah dipimpin oleh tujuh orang setelah kemerdekaan. Orang-orang yang telah memimpin Indonesia dengan ciri-ciri notonogoro adalah sebagai berikut:

1.           “No” dikaitkan dengan Soekarno, Proklamator dan Presiden Pertama RI yang memimpin sejak 1945 hingga 1967. Beliau yang lahir pada 6 Juni 1901 ini disebu-sebut sebagai Satrio Kinunjoro Murbowiseso.

2.           “To” sebagai Soeharto, Presiden Kedua RI yang memimpin sejak 1967 hingga 1998. beliau adalah Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar.

3.           No adalah Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Indonesia ke-6. Siklus ini kembali lagi ka awal kata Notonegoro. SBY adalah Satrio Pinilih Hamboyong Pambukaning Gapuro Nggelar Kloso Tonpo Nganglenggahi.

 

Dari asumsi tersebut ramalan Joyoboyo tidak memasukkan nama Presiden Ketiga RI, BJ Habibie (1998-1999), Presiden Keempat RI, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (1999-2001), dan Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri (2001-2004). Dari lamanya pemimpin Indonesia yang termasuk dalam notonogoro, mungkin lama jabatannya haruslah lebih dari 5 tahun atau satu periode. Maka dari itu ketiga presiden tersebut dianggap sebagai bunga-bunga transisi. Karena pada pengejaan kata notonogoro yang memiliki dua penggalan kata yaitu noto dan negoro yg berarti menata negara. Maka dari itu setelah presiden soekarno dan soeharto yang telah melengkapi kata NOTO kemudian memiliki presiden yang tidak lengkap menjabat selama lima tahun. Mereka itulah yang dianggap sebagai jarak pemenggalan kata dari noto dan nogoro.

Lalu bagaimana dengan joko widodo yang tidak memiliki nama yang berkaitan dengan notonogoro. Setelah ditelusuri ternyata joko widodo memiliki nama mulyono ketika ia masih kecil. Berarti joko widodo dapat dihitung masuk ke dalam kata “no” seperti nama Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah inisial no tentu kata selanjutnya adalah go/ga yang diramalkan akan memimpin Indonesia. Adapun nama dengan kata go/ga yaitu Ganjar Pranowo dan juga Sandiaga Uno. Karena Dari hasil survei Indikator Politik, 16-18 Mei 2020, Ganjar Pranowo (11,8%) berada di urutan kedua elektabilitas tertinggi setelah Prabowo Subianto (14,1%). Menyusul Anies Baswedan (10,4%), Ridwan Kamil (7,7%), dan Sandiaga Uno (6,0%). Selain nama-nama tersebut adapula mantan panglima Angkatan darat yang juga memiliki peluang maju dalam pilpres 2024. Dia adalah jendral Gatot Nurmantyo yang dapat masuk dalam ramalan Jayabaya karena memiliki kata Ga dalam Namanya.

Peluang mereka yang memiliki potongan kata Ga atau Go cukup besar mengingat bagaimana sepak terjang mereka. Dimana Sandiaga Uno adalah calon wakil presiden tahun 2019-2024 yang berpasangan dengan Prabowo. Walaupun kala itu dia kalah suara melawan Joko Widodo dan ma’ruf amin, namun saat ini dia diangkat menjadi mentri pariwisata dan ekonomi kreatif. Hal ini merupakan Langkah besar untuk membuktikan bagaimana kinerjanya dalam pemerintahan. Selain itu, dia juga pengusaha yang sukses dengan usianya yang tergolong masih muda.

Selanjutnya Ganjar Pranowo yang merupakan gubernur yang menjabat selama dua periode dan memiliki peluang maju ke pilpres 2024 karena masa jabatannya yang selesai tahun 2023. Memiliki kemampuan kepemimpinan yang tegas namun memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat, Ganjar berhasil memberikan banyak perubahan positif ke Jawa Tengah membuat Ganjar Pranowo mengantongi banyak prestasi mengagumkan sebagai seorang Gubernur tentu saja membuatnya cocok untuk dijadikan sebagai sosok inspiratif, terutama untuk kamu yang ingin terjun ke dunia politik atau pemerintahan.

Dan terakhir yang masuk radar ramalan Jayabaya adalah Gatot Nurmantyo yang merupakan seorang jendral yang dikenal tegas dalam kepemimpinannya. Dalam dunia militer dia telah banyak mendapat penghargaan dalam kepemimpinannya. Walaupun prestasi kepemimpinan dalam militer, bukan berarti tidak dapat memimpin pemerintahan. Karena kita telah berkali-kali memiliki pemimpin dari militer yang membuat Indonesia dapat dikenal dunia. Gatot Nurmantyo mulai dikenal banyak orang karena ketegasannya menyikapi isu tentang PKI yang merupakan partai terlarang. Hal ini tentu mendapat banyak dukungan dari masyarakat karena banyak masyarakat yang tidak mau PKI bangkit lagi di Indonesia.

Akankah ramalan jayabaya akan kembali terbukti dengan munculnya nama-nama yang berpeluang memimpin Indonesia dengan ciri-ciri ramalan tersebut?. Kita hanya bisa berharap agar Negara yang kita cintai menjadi Negara yang maju. Walaupun tanpa ramalan, semua akan tetap berjalan pada takdir yang ditentukan. Dan janganlah kita mempercayai ramalan karena hal tersebut termasuk ke dalam perbuatan menyekutukan Allah.

Penulis : Riskyrito 

Penyunting : Argha Sena

Selasa, 08 Desember 2020

Bakal Ada Kiamat Kubra, Ini 30 Misteri Ramalan Jayabaya Tahun Ganjil 2021



Tinggal menghitung hari lagi maka kita akan memasuki tahun 2021, mungkin kalian yang membaca tulisan ini sudah masuk ke tahun 2022, 2023, dan bahkan sampai tahun 2100. Tuliskanlah komentar kalian di kolom komentar dari tahun berapakah kalian menonton video ini, dan apa saja yang sudah terjadi dari Ramalan yang tercantum dalam video ini. 

Kira-kira apa yang akan terjadi ditahun ganjil 2021 ini? Di tahun 2020 hampir semua prediksi Prabu jayabaya terbukti akurat, bagaimana dengan tahun 2021 yang kebetulan menjadi tahun ganjil???

Namun, misteri tentang apa yang akan terjadi di tahun ganjil 2021 mendatang, ternyata telah digambarkan dalam prediksi ramalan orang-orang terdahulu.

Adapun salah satu ramalan mengenai keadaan di tahun ganjil mendatang yang paling tersohor di bumi Nusantara dan dipercaya kebenarannya, yakni ramalan Prabu Jayabaya.

Jayabaya sendiri telah menyebutkan bahwa tahun ganjil ini masuk tahun Suryo yang di mulai pada 2021 hingga 2100. Yaitu, jaman Kolo Suroto yang artinya jaman halus. 

Di mana di tanah Jawa banyak orang yang manis budi dan lemah lembut, habis itu berganti jaman, dalam ramalan Jayabaya bakal menemui kiamat Kubra.

Lalu seperti apa sebenarnya gambaran di tahun 2021 mendatang yang telah dituliskan dalam ramalan prabu Jayabaya.

Jayabaya sejauh ini sebelumnya telah meramal kedatangan bangsa asing ke bumi Nusantara ini. Ia juga telah meramalkan keadaan Indonesia secara mendetail , bahkan sudah juga meramalkan hadirnya sang Ratu Adil (Satria Piningit).

Ratu Adil sendiri merupakan seorang pemimpin yang akan menjadi penyelamat, dan akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Alih-alih dikenal sebagai seorang raja yang memimpin Kerajaan Kediri pada periode 1135-1157 Masehi, bagi masyarakat Jawa Prabu Jayabaya justru lebih masyhur sebagai peramal ulung yang hampir semua prediksinya terjadi. Banyak hal telah diramalkannya perihal masa depan bumi Jawa, baik tertulis dalam serat maupun secara tutur yang diwariskan turun-temurun. Hampir semua ramalan Jayabaya dianggap akurat oleh sebagian masyarakat terutama masyarakat jawa.

Misalnya yang populer di tengah masyarakat, perihal munculnya mode transportasi modern yang menandai datangnya zaman baru di Jawa. Ramalan tersebut berbunyi:

“Mbesuk yen wis ana kreta tanpa jaran” (Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda. Maksudnya: kereta api.)

“Tanah Jawa kalungan wesi” (Tanah Jawa berkalung besi. Maksudnya: rel kereta api yang melingkar atau membentang di seluruh tanah Jawa.)

“Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang” (Kapal yang berjalan di udara. Maksudnya: kapal terbang/pesawat.)

“Kali ilang kedhunge” (Sungai mengering. Maksudnya: Hilangnya sumber mata air karena eksploitasi dan masifnya pembangunan. Lebih gampang diartikan, munculnya gedung-gedung tinggi.)

“Pasar ilang kumandhange” (Pasar jadi sepi. Maksudnya: transaksi jual beli sudah beralih ke mal atau supermarket.)

“Iku tandane yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak” (Tandanya zaman Jayabaya sudah kian dekat.)

Tahun 2021 dalam jangka jayabaya masuk dalam  zaman Kolo Suroto yang artinya jaman halus. Lalu apa saja misteri ramalan Prabu Jayabaya pada tahun ganjil 2021 mendatang? 

Inilah beberapa cuplikannya yang mungkin akan terjadi atau bahkan sudah terjadi ditahun 2020 ini.

1. Wong jahat unggah pangkat artinya banyak orang jahat naik pangkat.

2. Wong cilik akeh sing kapencil artinya rakyat kecil banyak yang tersingkir.

3. Wong mulyo di kunjoro artinya orang mulia banyak di penjara.

4. Sing curang garang artinya yang curang yang beruasa.

5. Sing jujur ajur artinya yang jujur malah sengsara.

6. Akeh rondo ngalairake anak artinya banyak janda yang melahirkan bayi.

7. Akeh jabang bayi lair goleki babake artinya banyak anak yang mencari bapaknya.

8. Agomo akeh sing ditentang artinya agama banyak di tentang.

9. Bri kamanungsang soyo ilang artinya perikemanusiaan semakin hilang.

10. Omah suci di benci artinya rumah suci (Ibadah) justru dijauhi.

11. Omah olo soyo di ujo artinya rumah maksiat malah di puja.

12. Wong wadon lacur nengendi-endi artinya perempuan lacur banyak di mana-mana.

13. Akeh laknat artinya akan banyak kutukan

14. Akeh penghianat artinya akan banyak orang penghianat.

15. Anak mangan bapak artinya banyak anak berani melawan pada orang tuanya (Bapak)

16. Sedulur mangan sedulur artinya saudara makan saudara (tidak rukun)

17. Konco dadi musuh artinya kawan jadi musuh 

18. Guru disatru artinya banyak guru dimusuhi

19. Tonggo podo curigo artinya tetangga saling curiga

20. Pedagang akeh sing kapelarang artinya pedagang banyak yang tenggelam

21. Wong main akeh sing dadi artinya penjudi banyak meraja lela

22. Akeh barang harom artinya banyak barang haram

23. Akeh anak harom artinya banyak anak haram

24. Wong wadon ngelamar wong lanang artinya perempuan melamar kaki-laki

25. Wong lanang nasurake drajate dewe - laki-laki menghina derajatnya sendiri

26. Akeh barang-barang mlebu luang artinya banyak barang-barang yang terbuang

27. Akeh wong kaliren leng wudo artinya banyak orang lapar dan telanjang

28. Wong tuku nglengik sing dodol artinya pembeli membujuk penjual.

29 Sing dodol akal okol artinya si penjual membujuk si penjual. 

30. Wong nggole pangan koyo gatah diinteri artinya mencari rezeki ibarat gabah di tampi. 

Itulah beberapa ramalan yang tersohor dari Prabu Jayabaya, jika di lihat tahun 2020 ini sudah jelas dan memang banyak terjadi. Akan tetapi kami mengingatkan kembali bahwa kita tidak boleh mempercayai ramalan, akan tetapi ini sebagai sastra kuno sebafai penambah literasi dinusantara dan pastinya isinya bisa kita jadikan pengingat agar kita bisa hidup lebih baik.



Kamis, 28 Mei 2020

Dongeng Sejarah Pulau Jawa Saat Kosong Dipenuhi Bangsa Jin, Setan dan Dedemit | Pegawai Astral




Dalam Kitab Sapta Pudjangga dan juga Primbon Djayabaya karya R. Ng Ronggowarsito, diceritakan, konon setelah merasa cukup berguru kepada Syekh Syamsuddin Al-Wasil, Prabu Jayabaya bercerita tentang kondisi tanah Jawa saat masih kosong hingga kiamat kubro. Cerita itu ditulis dalam Kitab Musarar yang menjadi babon buku Jangka Jayabaya.


Menurut apa yang diceritakan dalam kitab tersebut, pada suatu hari Sri Sultan Al gabah seorang raja di Pusrah (Persi) sebelah utara dari tanah arab, termasuk dalam lingkungan Turkei Azie, tiba-tiba menerima perintah gaib untuk mengisi tanah yang masih kosong.


Sultan kemudian memerintahkan seorang menterinya untuk mencari di mana keberadaan tanah yang masih kosong dan belum ada penduduk manusia tersebut.
Menteri kemudian mengumpulkan para nahkoda yang berpengalaman untuk ditanya. Hingga akhirnya dapat keterangan bahwa di sebelah timur laut Hindustan yang berjarak kira-kira perjalanan 40 hari dan 40 malam berlayar, ada sebuah pulau panjang dan mempunyai lebih kurang 20 gunung tinggi dan dikelilingi ratusan bukit beraneka warnanya. Pulau tersebut masih sunyi dan belum berpenghuni.
Dari perjalanan didapatkanlah informasi tersebut, sang menteri kemudian melaporkan kepada Sultan Al Gabah dan oleh sultan disambut dengan gembira. Kemudian sultan memerintahkan untuk mempersiapkan 20.000 orang dengan dilengkapi senjata dan perlengkapan kehidupan secukupnya yang selanjutnya mereka dikirim ke pulau Jawa untuk dijadikan bibit manusia di pulau tersebut.


Setelah berlayar selama 40 hari dan 40 malam, akhirnya rombongan besar ini mendarat di kaki Gunung Kendeng. Menurut penanggalan Romawi waktu itu adalah tahun 437.

Dan menurut ramalan Jayabaya sejak diinjak oleh kaki manusia yang pertama hingga nanti tiba kiamat kubro akan mengalami 2110 tahun surya (matahari) atau 2173 tahun tjandra (bulan).


Waktu rombongan pertama memasuki tanah Jawa ini keadaan pulau Jawa masih sangat sunyi dan angker. Dari 20.000 pendatang itu yang rencananya dibuat bibit manusia di tanah Jawa akhirnya hanya tersisa 20 orang saja yang masih hidup. Sisannya mati karena penyakit dan dimakan oleh binatang. Zaman itu menurut ramalan Jayabaya dinamakan zaman Sangkala atau zaman merajalelannya penyakit dan binatang buas.  Sebanyak 20 orang tersisa itu kemudian kembali ke Persia dan melaporkan kejadian kepada Sultan. Selain sedih Sultan juga marah dan kemudian mengumpulkan pendeta sakti untuk membuat tumbal dan jimat untuk menantang para jin, setan dan demit di Jawa agar pulau tersebut bisa didiami.
S
elanjutnya Sultan kembali mengirimkan 20.000 orang lagi dari golongan bangsa Keling, Kandi dan lain-lain. Mereka dibagi menjadi 20 rombongan. Masing-masing kelompok ini dipimpin oleh Sing Linangkung Ngusmanadji, seorang pendeta sakti dari Bani Israel untuk menjelaskan kias kepada tanah Jawa. Waktu itu menurut penanggalan Romawi jatuh pada bulan Tasrinki 444.





Setibanya di tanah Jawa, Sing Linangkung Ngusmanadji segera menanam tumbal dan jimat di empat penjuru arah mata angin, serta lagi di bagian tengah. Tak lama kemudian turun hujan yang luar biasa hebatnya seperti akan kiamat.




Dalam kitab-kitab kuno dampak cuaca yang seperti kiamat itu karena para jin, setan dan demit yang tadinya penuh mendiami pulau Jawa tidak tahan dan melarikan diri ke lautan.




Setelah berhasil mereka mulai mendiami tanah Jawa dan bercocok tanam dengan bibit yang telah mereka bawa dari Persia. Menurut Ramalan Jangka Jayabaya, tanah Jawa sejak diisi manusia yang kedua kalinya ini hingga tiba saat kiamat kubro akan mengalami 2100 tahun surya atau 2163 tahun candra.
empo 2100 tahun surya ini menurut Ki Tuwu dapat dibagi menjadi Trikali atau tiga periode zaman besar yang masing-masing terdiri dari 700 tahun surya. "Dan di setiap periode zaman besar tadi terbagi menjadi Sapto Maloko yang berarti zaman kecil. Dimana masing-masing zaman kecil terdiri dari 100 tahun surya hingga 7 x 100 (700) tahun surya dikali 3 sama dengan (2100) tahun surya.




Cerita ini hanyalah dongeng yang kebenarannya tidak bisa dipertanggung jawabkan, sehingga hanya sebagai bahan pengetahuan saja bahwa ada cerita sejarah versi yang sangat unik ini. 





Penyunting : Admin Pegawai Jalanan



Sumber :  https://www.merdeka.com

Rabu, 27 Mei 2020

5 Pendekar Sakti Asli Nusantara Yang Menghilang Entah Kemana (Moksa) | Pegawai Astral



Seperti menghilang tanpa bekas, tidak pernah jasad atau makamnya ditemukan sampai hari ini. Konon sebagian kecil masyarakat Indonesia masih mempercayai akhir hidup dari ke 5 pendekar sakti nusantara ini berhasil mencapai moksa, sebuah tujuan akhir kehidupan yang sempurna, mengalami kelepasan dari ikatan duniawi dan menyatu dengan Tuhan tanpa pernah lagi mengalami siklus reinkarnasi (proses kelahiran manusia kembali ke dunia berulang-ulang).

Misteri Kematian Gajah Mada, Panglima Perang Majapahit

Riwayat hidup Mahapatih Gajah Mada, sebagai tokoh paling terkenal dalam kerajaan Majapahit Hindu dahulu kala. Jejak kematiannya masih menjadi teka-teki misteri yang belum berhasil terungkap sampai sekarang.
Dalam penjelasang Kidung Sunda Pupuh ke tiga, patih Gajah Mada disalahkan atas kematian Prabu Hayam Wuruk yang meratapi nasib Putri Sunda akibat konflik perang Bubat antara pasukan Kerajaan Sunda dengan pasukan Majapahit yang dipimpin olehnya.
Gajah mada saat itu gagal menempuh langkah diplomasi untuk membujuk hati Prabu Maharaja Lingga Buana agar putrinya Dyah Pitaloka bersedia dinikahi oleh Hayam Wuruk.
Malahan Gajah Mada melakukan agresi militer tanpa persetujuan Hayam Wuruk untuk menaklukkan Kerajaan Sunda, dia pun memaksa sang Raja untuk memberikan putrinya sebagai simbol pengakuan kerajaan Majapahit.
Namun sang Raja menolak keras permintaan Gajah Mada, hingga kedua kerajaan ini berperang hebat dan dimenangkan oleh Majapahit. Mengetahui Ayah dan pasukannya tewas dalam pertempuran, Dyah Pitaloka pun memilih untuk bunuh diri.
Setelah jasad Hayam Wuruk diperabukan dan upacara perkabungan selesai, kedua paman Hayam Wuruk, Raja Kahuripan dan Raja Daha sepakat untuk menangkap Gajah Mada dan menghukum mati dirinya.
Rencana pembunuhan ini terdengar oleh Gajah Mada, hingga ia pun melakukan tapa samadi untuk melepaskan jiwa dan raganya dari dunia. Setelah itu dia menghilang menuju niskala (mencapai moksa) dan ketika pasukan Majapahit datang, tak berhasil menemukan keberadaannya.
Namun versi cerita lain menurut kitab Kakawin Nagarakretagama menyebutkan Gajah Mada meninggal dunia akibat sakit di tahun 1286 (1364 Masehi). Peristiwa ini terjadi setelah tak lama Prabu Hayam Wuruk menjenguk dirinya.
Semar (Sabdo Palon Noyo Genggong, Kyai Lurah Semar Badranaya)

Tokoh terkenal nusantara Semar yang dikenal sebagai Kyai Lurah Semar Badranaya dan mendapat julukan Sabdo Palon Noyo Genggong, salah satu tokoh Panakawan dalam pewayangan Jawa dan Sunda, diyakini juga raganya menghilang secara moksa. Setelah ia merasa kecewa berat karena Prabu Brawijaya V memutuskan untuk menjadi seorang mualaf.
Kedekatan Semar dengan Prabu Brawijaya V diceritakan dalam kitab Jayabaya, ia sering d ijadikan penasehat raja-raja yang berkuasa di tanah Jawa dan konon sebagai pengasuh para ksatria Mahabrata dan Ramayana. Tapi sosok Semar memang tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut hanya terdapat pada kisah-kisah pujangga jawa.
Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja)

Selain dikenal sebagai raja yang arif dan bijaksana, Prabu Siliwangi juga terkenal memiliki ilmu sakti mandraguna. Sepanjang hidupnya, berhasil membuat nama Kerajaan Sunda Galuh yang dipimpinnya menjadi terkenal di seluruh wilayah Nusantara.
Lebih dari 39 tahun ia menjadi Raja, namun saat masa kejayaan Pakuan Pajajaran di Bogor mulai berakhir. Ajaran agama Islam masuk ke tanah air, dan dia mendapatkan ‘desakan’ dari pihak lain, agar meninggalkan agama leluhurnya untuk memeluk Islam.
Di masa-masa sulit ini, Prabu Siliwangi akhirnya memutuskan untuk melakukan tapa brata mencapai moksa. Sebelum ia pergi meninggalkan kerajaannya, Sang Prabu hanya berpesan kepada keluarga dan para pengikutnya untuk bebas memilih agama menurut keyakinan mereka sendiri, tanpa harus mengikuti jejak hidupnya.
Prabu Brawijaya V (Raja Terakhir Kerajaan Majapahit)

Nasib tragis yang dialami Prabu Brawijaya V tak jauh berbeda dengan Prabu Siliwangi, setelah runtuhnya kejayaan Majapahit akibat konflik internal keluarga kerajaan serta tumbuhnya Kerajaan- Islam di tanah air Nusantara.
Saat itu Majapahit kalah berperang dengan Kerajaan Kediri, dan sebelum istana kerajaan dihancurkan oleh pasukan lawan. Prabu Barawijaya V sempat melarikan diri dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan jalan bertapa moksa.
Namun versi lain mengisahkan bahwa Prabu Brawijaya V adalah pemeluk agama Buddha. Diakhir hidupnya sebagai Raja, Prabu Brawijaya meminta tolong kepada Sunan Kalijaga yang merupakan cucunya sendiri agar mau mengislamkannya.
Setelah menjadi mualaf, ia pun melanjutkan tapabrata tingkat akhir, mengasingkan dirinya di dalam goa gunung lawu dan dikabarkan ia berhasil mencapai moksa, karena jasad dan kuburannya tak pernah ditemukan.


Prabu Jayabhaya

Kisah Prabu Jayabhaya yang memiliki gelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa (panjang benerr :D) adalah seorang Raja Kediri yang memerintah di tahun 1135 sampai 1157. Sebagai salah satu pewaris tahta Prabu Erlangga (Airlangga), Jayabhaya sering terlibat perseteruan dengan saudaranya sendiri Jayasabha (Jayasaba).
Hingga kedua Raja ini berperang dengan membawa masing-masing pasukan kerajaan mereka. Namun dalam pertempuran hebat tersebut, Jayasabha mengalami kekalahan, ia pun tewas terbunuh di tangan Prabu Jayabhaya.
Akhirnya tampuk pimpinan saudaranya berhasil ia rebut dan seluruh wilayah di Jawa Timur berada dibawah kekuasaannya. Namun dibalik kejayaan Prabu Jayabhaya, ia masih dihantui rasa bersalah dan berdosa karena telah membunuh saudaranya sendiri. Penyesalan ini semakin berlarut-larut, hingga akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Kerajaan Kediri yang ia pimpin.
Setelah itu ia melakukan tapa keras Jnana Yoga selama bertahun-tahun di sebuah tempat rahasia yang berada di desa Menang Kediri untuk mencapai moksa. Karena diketahui kesaktian yang dimiliki oleh Prabu Jayabhaya membuat dirinya sulit untuk meninggal dunia. Dan hanya menempuh moksa sajalah sebagai jalan satu-satunya untuk mengakhiri hidup.
Penyunting : Admin PJ
Sumber Literasi :
https://www.kejadiananeh.com

Misteri Gunung Tidar yang Banyak Tidak Diketahui Orang | Pegawai Astral


Gunung tidar memang tidak seheboh dengan gunung merapi yang saat saat tertentu membahayakan penduduk dilerengnya jika terjadi erupsi yang sering terjadi setiap tahunnya. Namun gunung yang berada ditengah kota magelang tersebut adalah satu lerengnya merupakan kawah candradimuka bagi Akademi Militer yang mencetak perwira perwira pejuang sapta marga yang berdiri pada 11 Nopember 1957.  Gunung tidar yang berada pada ketinggian 503 meter dari permukaan laut inipun dalam legenda dikenal dengan pakunya pulau jawa dan memiliki sejarah yang berkaitan dengan perjuangan bangsa indonesia.
Menurut cerita yang ada konon gunung tidar tidak ada yang berani mendatangi kawasan ini karena tempat ini ditunggu oleh jin dan setan yang dipimpin oleh kyai semar namun bukan semar punokawan yang di maksud di cerita ini. Setiap ada orang yang berniat untuk tinggal di gunung tidar ini maka kyai semar akan mengutus anak buahnya yang berupa raksasa raksasa untuk memangsanya. Namun setelah syaikh subakir berhasil menaklukkan gunung tidar yang pertama kali dengan mengalahkan jin penunggu gunung tidar maka keberadaan gunung tidar mulai banyak dikunjungi orang. Syaikh Subakir merupakan orang yang berasal dari Turki yang datang bersama syaikh Jangkung untuk menyebarkan agama Islam.
Mungkin masih banyak yang belum tahu tentang sejarah yang meegenda yang pernah terjadi di puncak gunung tidar ini. Terutama bagi orang yanhg tinggal diluar pulau Jawa, dalam artikel kali ini akan kami kenalkan ceritanya kepada kalian semua dengan tujuan agar kita dapat mengambil pelajaran dari kisah tersebut. 

Kisah Syech Subakir


Di Magelang terdapat sebuah bukit yang berada di tengah-tengah kota. Bukit itu sangat terkenal karena menjadi salah satu tempaan para taruna AKABRI. Bahkan bukit itu menjadi salah satu ciri khas kota itu. Namanya bukit Tidar, atau lebih dikenal sebagai Gunung Tidar. Konon Gunung Tidar merupakan pusat atau titik tengah Pulau Jawa sehingga banyak yang meyakini gunung tidar adalah pakunya tanah Jawa.
Pada zaman dahulu kala Tanah Jawa ini masih berupa hutan belantara yang tiada seorangpun berani tinggal di sana. Sebagian besar wilayah Jawa ini dahulu masih dikuasai berbagai makhluk halus. Konon Tanah Jawa yang dikelilingi laut ini bak perahu yang mudah oleng oleh ombak laut yang besar. Kita katahui bahwa pulau jawa di kelilingi lautan yang cukup luas, di sebelah utara ada Laut Jawa dan di selatan ada Samudra Hindia yang cukup luas. Melihat itu para dewata segera mencari cara untuk mengatasinya.
Maka berkumpulah para dewa untuk membahas persoalan Tanah Jawa yang tidak pernah tenang oleh hantaman ombak itu. Diutuslah sejumlah dewa untuk tugas menenangkan pulau ini. Mereka membawa sejumlah bala tentara menuju Pulau Jawa sebelah barat. Namun, tiba-tiba Pulau Jawa kembali oleng dan berat sebelah karena para dewa dan bala tentara hanya menempati wilayah barat. Agar seimbang, sebagian dikirim ke timur. Namun usaha ini tetap gagal.
Melihat kenyataan itu maka para dewa sibuk mencari jalan pemecahan. Setelah beberapa waktu berembug, maka didapatkanlah sebuah ide cemerlang. Mau tak mau para dewa harus menciptakan sebuah paku raksasa, dan paku itu akan ditancapkan di pusat Tanah Jawa, yaitu titik tengah yang dapat menjadikan Pulau Jawa seimbang. Paku raksasa yang ditancapkan itu konon dipercaya sebagian masyarakat sebagai Gunung Tidar. Dan setelah paku raksasa itu ditancapkan, Pulau Jawa menjadi tenang dari hantaman ombak.
Alkisah, datanglah seorang manusia yang terkenal berani untuk mencoba membuka wilayah Tidar untuk ditinggali. Ksatria berani ini berasal dari tanah jauh. Konon ia berasal dari negeri Turki, bernama Syekh Bakir dan ditemani Syekh Jangkung. Kedua syekh ini disertai juga oleh tujuh pasang manusia, dengan harapan dapat mengembangkan masyarakat yang kelek mendiami wilayah itu.
Mendengar kabar itu, Kyai Semar murka. Diseranglah mereka oleh anak buah Kyai Semar, dan tiada seorangpun yang selamat kecuali Syekh Bakir yang sakti, soleh, dan sabar. Setelah bertapa selama 40 hari 40 malam, ia bertemu dengan Kyai Semar dan melakukan interaksi secara langsung.

Gunung Tidar


Gunung Tidar adalah gunung di Kota Magelang Jawa Tengah. Gunung ini tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan militer. Gunung yang dalam legenda dikenal sebagai “Pakunya tanah Jawa” itu terletak di tengah Kota Magelang. Berada pada ketinggian 503 meter dari permukaan laut, Gunung Tidar memiliki sejarah dalam perjuangan bangsa. Di Lembah Tidar itulah Akademi Militer sebagai kawah candradimuka yang mencetak perwira pejuang Sapta Marga berdiri pada 11 November 1957.
Asal muasal nama Tidar sendiri banyak versi. Ada salah satu versi yang menyebutkan bahwa nama itu berasal dari kata “Mati dan Modar”. Jadi karena angkernya Gunung Tidar waktu dulu, maka kalau ada orang mendatangi gunung tersebut kalau tidak Mati ya Modar.

3 SITUS MAKAM GUNUNG TIDAR

Hanya butuh waktu kurang dari 30 menit untuk sampai di puncak Tidar. Secara umum, Gunung Tidar memang masih cukup alami. Banyak tanaman pinus dan tanaman buah-buahan tahunan seperti salak hasil penghijauan era tahun 1960an menjadikan Gunung Tidar sangat rimbun.
Beberapa saat menapaki jalanan setapak pendakian kita akan bertemu dengan Makam Syaikh Subakir. Konon Syaikh Subakir adalah penakluk Gunung Tidar yang pertama kali dengan mengalahkan para jin penunggu Gunung Tidar tersebut. Menurut legenda (hikayat) Gunung Tidar, Syaikh Subakir berasal dari negeri Turki yang datang ke Gunung Tidar bersama kawannya yang bernama Syaikh Jangkung untuk menyebarkan agama Islam.
Tidak jauh dari Makam Syaikh Subakir, kita akan berjumpa dengan sebuah makam yang panjangnya mencapai 7 meter. Itulah Makam Kyai Sepanjang. Kyai Sepanjang bukanlah sesosok alim ulama, namun adalah nama tombak yang dibawa dan dipergunakan oleh Syaikh Subakir mengalahkan jin penunggu Gunung Tidar kala itu.
Situs makam terakhir yang kita jumpai sewaktu mendaki Gunung Tidar adalah Makam Kyai Semar. Namun menurut beberapa versi ini bukanlah makam kyai Semar yang ada dalam pewayangan. Tetapi Kyai Semar, jin penunggu Gunung Tidar waktu itu. Meski demikian banyak yang percaya ini memang makam Kyai Semar yang ada dalam pewayangan itu. Dan mana yang benar, adalah tinggal kita mau mempercayai yang mana.
 PAKU TANAH JAWA

Di puncak Gunung Tidar ada lapangan yang cukup luas. Di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah Tugu dengan simbol huruf Sa (dibaca seperti pada kata Solok) dalam tulisan Jawa pada tiga sisinya. Menurut penuturan juru kunci, itu bermakna Sapa Salah Seleh (Siapa Salah Ketahuan Salahnya). Tugu inilah yang dipercaya sebagian orang sebagai Pakunya Tanah Jawa, yang membuat tanah Jawa tetap tenang dan aman.
Syekh Subakir, sangat berjasa dalam menumbali tanah Jawa, ”Dalam legenda yang beredar di Pulau Jawa dikisahkan, Sudah beberapa kali utusan dari Negeri Arab, untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya tapi telah gagal secara makro. Disebabkan orang-orang Jawa pada waktu itu masih kokoh memegang kepercayaan lama. Dengan tokoh-tokoh gaibnya masih sangat menguasai bumi dan laut di sekitar Pulau Jawa. Para ulama yang dikirim untuk menyebarkan Agama Islam mendapat halangan yang sangat berat, meskipun berkembang tetapi hanya dalam lingkungan yang kecil, tidak bisa berkembang secara luas. Secara makro dapat dikatakan gagal.
Maka diutuslah Syekh Subakir untuk menyebarkan agama Islam dengan membawa batu hitam yang dipasang oleh Syekh Subakir di seantero Nusantara, untuk tanah Jawa diletakkan di tengah-tengahnya yaitu di gunung Tidar . Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam menimbulkan gejolak, mengamuklah para mahluk : Jin, setan dan mahluk halus lainnya. Syekh Subakir lah yang mampu meredam amukan dari mereka.
Syekh Subakir berasal dari Iran ( dalam riwayat lain Syekh Subakir berasal dari Rum). Syekh Subakir diutus ke Tanah Jawa bersama-sama dengan Wali Songo Periode Pertama, yang diutus oleh Sultan Muhammad I dari Istambul, Turkey, untuk berdakwah di pulau Jawa pada tahun 1404, mereka diantaranya:
  1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
  2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
  3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
  4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
  5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
  6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
  7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
  8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
  9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat.
Itulah sekelumit informasi dan cerita rakyat yang dinisbatkan kepada Gunung Tidar yang sangat terkenal tersebut. Semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk para pemcaca. Salam dari admin.

penyunting : Argha Sena 

Sumber : 

https://dosenwisata.com/