Kamis, 28 Mei 2020

Dongeng Sejarah Pulau Jawa Saat Kosong Dipenuhi Bangsa Jin, Setan dan Dedemit | Pegawai Astral




Dalam Kitab Sapta Pudjangga dan juga Primbon Djayabaya karya R. Ng Ronggowarsito, diceritakan, konon setelah merasa cukup berguru kepada Syekh Syamsuddin Al-Wasil, Prabu Jayabaya bercerita tentang kondisi tanah Jawa saat masih kosong hingga kiamat kubro. Cerita itu ditulis dalam Kitab Musarar yang menjadi babon buku Jangka Jayabaya.


Menurut apa yang diceritakan dalam kitab tersebut, pada suatu hari Sri Sultan Al gabah seorang raja di Pusrah (Persi) sebelah utara dari tanah arab, termasuk dalam lingkungan Turkei Azie, tiba-tiba menerima perintah gaib untuk mengisi tanah yang masih kosong.


Sultan kemudian memerintahkan seorang menterinya untuk mencari di mana keberadaan tanah yang masih kosong dan belum ada penduduk manusia tersebut.
Menteri kemudian mengumpulkan para nahkoda yang berpengalaman untuk ditanya. Hingga akhirnya dapat keterangan bahwa di sebelah timur laut Hindustan yang berjarak kira-kira perjalanan 40 hari dan 40 malam berlayar, ada sebuah pulau panjang dan mempunyai lebih kurang 20 gunung tinggi dan dikelilingi ratusan bukit beraneka warnanya. Pulau tersebut masih sunyi dan belum berpenghuni.
Dari perjalanan didapatkanlah informasi tersebut, sang menteri kemudian melaporkan kepada Sultan Al Gabah dan oleh sultan disambut dengan gembira. Kemudian sultan memerintahkan untuk mempersiapkan 20.000 orang dengan dilengkapi senjata dan perlengkapan kehidupan secukupnya yang selanjutnya mereka dikirim ke pulau Jawa untuk dijadikan bibit manusia di pulau tersebut.


Setelah berlayar selama 40 hari dan 40 malam, akhirnya rombongan besar ini mendarat di kaki Gunung Kendeng. Menurut penanggalan Romawi waktu itu adalah tahun 437.

Dan menurut ramalan Jayabaya sejak diinjak oleh kaki manusia yang pertama hingga nanti tiba kiamat kubro akan mengalami 2110 tahun surya (matahari) atau 2173 tahun tjandra (bulan).


Waktu rombongan pertama memasuki tanah Jawa ini keadaan pulau Jawa masih sangat sunyi dan angker. Dari 20.000 pendatang itu yang rencananya dibuat bibit manusia di tanah Jawa akhirnya hanya tersisa 20 orang saja yang masih hidup. Sisannya mati karena penyakit dan dimakan oleh binatang. Zaman itu menurut ramalan Jayabaya dinamakan zaman Sangkala atau zaman merajalelannya penyakit dan binatang buas.  Sebanyak 20 orang tersisa itu kemudian kembali ke Persia dan melaporkan kejadian kepada Sultan. Selain sedih Sultan juga marah dan kemudian mengumpulkan pendeta sakti untuk membuat tumbal dan jimat untuk menantang para jin, setan dan demit di Jawa agar pulau tersebut bisa didiami.
S
elanjutnya Sultan kembali mengirimkan 20.000 orang lagi dari golongan bangsa Keling, Kandi dan lain-lain. Mereka dibagi menjadi 20 rombongan. Masing-masing kelompok ini dipimpin oleh Sing Linangkung Ngusmanadji, seorang pendeta sakti dari Bani Israel untuk menjelaskan kias kepada tanah Jawa. Waktu itu menurut penanggalan Romawi jatuh pada bulan Tasrinki 444.





Setibanya di tanah Jawa, Sing Linangkung Ngusmanadji segera menanam tumbal dan jimat di empat penjuru arah mata angin, serta lagi di bagian tengah. Tak lama kemudian turun hujan yang luar biasa hebatnya seperti akan kiamat.




Dalam kitab-kitab kuno dampak cuaca yang seperti kiamat itu karena para jin, setan dan demit yang tadinya penuh mendiami pulau Jawa tidak tahan dan melarikan diri ke lautan.




Setelah berhasil mereka mulai mendiami tanah Jawa dan bercocok tanam dengan bibit yang telah mereka bawa dari Persia. Menurut Ramalan Jangka Jayabaya, tanah Jawa sejak diisi manusia yang kedua kalinya ini hingga tiba saat kiamat kubro akan mengalami 2100 tahun surya atau 2163 tahun candra.
empo 2100 tahun surya ini menurut Ki Tuwu dapat dibagi menjadi Trikali atau tiga periode zaman besar yang masing-masing terdiri dari 700 tahun surya. "Dan di setiap periode zaman besar tadi terbagi menjadi Sapto Maloko yang berarti zaman kecil. Dimana masing-masing zaman kecil terdiri dari 100 tahun surya hingga 7 x 100 (700) tahun surya dikali 3 sama dengan (2100) tahun surya.




Cerita ini hanyalah dongeng yang kebenarannya tidak bisa dipertanggung jawabkan, sehingga hanya sebagai bahan pengetahuan saja bahwa ada cerita sejarah versi yang sangat unik ini. 





Penyunting : Admin Pegawai Jalanan



Sumber :  https://www.merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar